10 Young Innovators Make Us Impressed!

こんにちは!
Waaii~! Ketemu lagi, nih. Wkwkwk.. 
Udah nggak sabar, ya? Mau tahu tentang 'SIAPA' sih mereka?
Teman-teman juga jangan kalah sama mereka, ya! 
" Mimpi memang terbatas. Tetapi, Impian tidak terbatas!! "
Hmm.. Yang muda yang berkarya. Kalimat itu sepertinya tepat ditujukan kepada anak-anak usia muda, namun mampu mengundang decak kagum dunia dengan berbagai karya dan prestasi yang dihadirkan. 

Mengapa dikatakan tergolong muda? (jangan tanya deh..) That's because memang para technocrats ini usianya nggak sampai 20 tahun. Dilansir mashable, Senin, (4/3/2013) berikut adalah 10 inovator muda dari usia tujuh sampai dengan 15 tahun, mulai dari game sampai aplikasi anti intimidasi, yang mereka ciptakan, dan berhasil membuat mata dunia terperangah dibuatnya.

1. Nick D’Aloisio

Di usianya yang baru 15 tahun, Nick D’Aloisio menciptakan TRIMIT yaitu sebuah aplikasi iOS yang dapat meringkas konten web agar lebih singkat untuk digunakan di berbagai media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Tumblr.

Fast Company menarik D’Aloisio selama satu bulan untuk mengembangkan penelitian mengenai aplikasi alogaritma. Biasanya jenis penelitian yang memakan jutaan dolar ini dilakukan untuk program Magister (S2) dan Doktoral (S3).

http://www.siliconbeat.com/wp-content/uploads/2013/03/0326yahoo.jpg
We're in the same age!! :D


2. Thomas Suarez 

Thomas Suerez, ilmuwan berusia 12 tahun ini mengaku, saat ini banyak anak-anak yang tidak hanya senang bermain game, tetapi mereka juga senang menciptakan game untuk mereka sendiri.

Itulah, yang selama ini kerap dilakukan Suerez. Bukan hanya itu, ia juga mendirikan perusahaannya sendiri, Carrot Corp dan sudah menciptakan beberapa aplikasi iOS. Salah satu diantaranya adalah Earth Fortune, yang hanya menampilkan warna yang berbeda dari planet berdasarkan keberuntungan pemain.

http://www.abc.com.py/imagenes/2012/03/21/thomas-suarez-un-mini-steve-jobs-de-12-anos-326749_300_454_1.jpg
LOL
Aplikasi ciptaannya yang paling sukses yaitu game yang menampilkan artis Justin Bieber di pertandingan Whac-a-Mole. Berkat kreativitasnya, ia memenangkan Tribeca Disruptive Innovation Award pada 2012 lalu.

3. Aaron Sonson, Satwant Singh, dan Gregory Paczkowski 

Ketiga remaja ini menciptakan aplikasi “Stop & Go” yaitu aplikasi yang memungkinkan remaja untuk menceritakan pengalamannya yang pernah ditilang oleh polisi, menemukan informasi yang diperlukan tentang hak-hak merekam dan memungkinkan pengguna untuk memetakan pencarian yang mereka butuhkan.
http://www.thetimes.co.uk/tto/multimedia/archive/00011/apps_11502c.jpg
Young people =P
Ide aplikasi ini berawal dari masing-masing remaja asal London ini yang pernah ditilang berkali-kali dan digeledah polisi. Mereka mengatakan di situsnya bahwa mereka menciptakan “Stop & Go” dengan harapan membawa transparansi dan keadilan dalam prosedur tersebut.

4. Steven Gonzalez Jr. 

Ketika berusia 12 tahun Steven Gonzalez Jr. didiagnosis terkena penyakit Leukimia Myelogenous akut, yaitu salah satu penyakit kanker yang jarang mematikan. Dokter mengatakan bahwa ia hanya memiliki kesempatan hidup sebesar 2 persen. Tetapi, ia bisa mematahkan diagnosa dokter dan selamat, meskipun sistem kekebalan tubuhnya saat itu lemah. Sehingga memaksanya masuk ke dalam ruang isolasi selama 100 hari.
detail berita
Ini nih orangnya~
Setelah Gonzalez sembuh, ia ingin membantu pasien kanker lain seusianya, sehingga ia menciptakan game “Play Against Cancer”. Dalam game tersebut, pemain menghancurkan sel kanker yang digambarkan dengan hantu berwarna hijau. Selain itu, ia juga mengembangkan “The Survivor Games”, yaitu jaringan sosial dan komunitas online pasien kanker remaja.

5. Team 2 (Res-Q) 

Aplikasi “Stop & Go” bukan hanya menjadi ide inovatif, tetapi juga menginspirasi Tim 2-the-Res-Q yang terdiri dari empat gadis remaja berusia 14 tahun. Mereka mengembangan “CyberMentors” yaitu aplikasi anti kekerasan yang berfokus kepada anak-anak muda untuk membangun harga diri dan meningkatkan keselamatan mereka yang menjadi korban kekerasan.

CyberMentors mencakup fitur pesan pribadi yang memungkinkan pengguna dapat berbicara dengan CyberMentor langsung mengenai pengalaman tentang kekerasan yang dialaminya.

Tim ini bekerja sama dengan Fuerte International yang merupakan sebuah lembaga produksi ponsel berbasis di London, untuk dapat mengembangkan aplikasi ini. CyberMentors tersedia di Google Play dan platform berbasis web sosial.

6. Daniel Chao 

Tahun lalu, saat Daniel Chao duduk di kelas lima SD dan berusia 10 tahun, ia menemukan aplikasi yang dapat mencatat berapa banyak bacaan yang sudah dilakukan dalam satu bulan terakhir.

Oleh karena itu aplikasinya dinamakan iRead Monthly yang memungkinkan siswa dengan meng-klik tanggal tertentu dan masukkan berapa menit yang ia gunakan untuk membaca hari itu. Pada akhir bulan, siswa dapat mengirimkan laporan tersebut melalui e-mail ke guru mereka.

Chao mengemukakan kepada CBS Denver bahwa ia bangga dan senang aplikasinya tersebut diterima oleh Apple meskipun usiany masih sangat muda.

7. Zora Ball 

Di usianya yang baru tujuh tahun, Zora Ball termasuk orang termuda untuk mengembangkan aplikasi mobile game. Saat itu ia ikut berpartisipasi sebagai salah satu peserta bahasa pemrograman di University of Pennsylvania's FATE Bootstrap Expo pada Desember 2012 untuk kategori usia 12 sampai 16 tahun.

She's cute!

Menurut Tribune Philadelphia, programmer kelas pertama akan mampu mengkonfigurasi ulang aplikasi yang telah dibuatnya dan Zora berhasil sehingga membuktikan bahwa ia melakukan semua pekerjaan itu sendiri.

8. Lim Ding Wen 

Pada 2009, ketika programmer asal Singapura berusia Sembilan tahun, Lim Ding Wen membuat aplikasi lukisan virtual untuk dinikmati oleh adik-adiknya. Aplikasi ini dinamakan Doodle Kids dan telah mendapat persetujuan dari Apple. Doodle Kids menggunakan gerakan sederhana yaitu meniru gambar yang sudah ada.

Dia dengan temannya (komputer). XD

Lim yang sudah fasih dalam enam bahasa pemrograman telah menyelesaikan puluhan proyek. Pada Agustus 2012, ia mengerjakan dua proyek baru, termasuk pertandingan 3D pertamanya.

9. Zach Marks 

Ketika Zach Marks masih berusia 11 tahun, meminta didaftarkan Facebook dengan menggunakan umur orangtuanya. Karena Facebook memiliki batasan usia minimal 13 tahun. Setelah orangtuanya memarahinya, ia pun memutuskan untuk menciptakan jejaring sosial sendiri yang aman bagi anak seusianya disebut Grom Social.

Wah, dia bandel juga ya.. Wkwk

Pada Desember 2012, USA Today melaporkan, situs Marks tersebut dilihat oleh 2000 pengunjung dengan sekitar 6000 halaman tampilan setiap harinya. Ini cukup mengesankan, mengingat Groom Social awalnya hanya dikenal dari mulut ke mulut saja.

Groom Social memiliki fitur yang berbeda, seperti “Gaming”, “Entertainment”, dan “Health & Fitness” serta memiliki forum yang berisikan anti terhadap kekerasan, penyalah gunaan obat-obatan, dan rokok.

10. Santiago Gonzalez 

Di usianya yang saat itu baru 14 tahun, Santiago Gonzalez sudah menciptakan 15 aplikasi iOS yang menarik, termasuk game edukatif. Puzzle Slide Super, misalnya, yang memungkinkan pengguna mengatur ulang potongan foto pilihannya yang tercecer.

Selain itu, memungkinkan pengguna dapat bermain dengan teman dengan menggunakan “built-in voice chat”. Ada juga Space - Solar System, yang memungkinkan pengguna belajar lebih banyak lagi tentang tata surya.
This is him!

Kejeniusan Gonzalez tidak hanya pada aplikasi yang ia ciptakan itu saja, tetapi juga pada bidang akademik. Di usianya yang baru menginjak 16 tahun ia sudah lulus kuliah. Bahkan ketika usia 17 tahun, ia mendapat gelar Master dalam ilmu komputer. Mengagumkan.

Sawah Apung yang Anti Banjir

こんにちは!
Apa kabar, teman-teman? 
Sekarang Ai mau bagi-bagi pengetahuan, nih. Negara Indonesia merupakan negara agraris. Cocok buat artikel yang satu ini.  Yuk, mariii..

Sawah apung dari kejauhan. Awesome!

Keberadaan sawah apung memiliki prospek cerah terus dikembangkan untuk mengatasi kesulitan petani di wilayah Kecamatan Padaherang, Kalipucang dan sekitaranya yang selama ini selalu mengalami kesulitan untuk menanam padi.

Hal itu disebabkan karena ratusan hektar persawahan di wilayah tersebut selalu terendam banjir untuk jangka waktu hingga berbulan lamanya.

"Awalnya banyak masyarakat yang meragukan terobosan sawah apung, akan tetapi dengan bukti panen perdana sawah apung beberapa waktu lalu, terus terang menggugah kami untuk mengembangkan atau memeperluas sawah apung. Selain produksinya lumayan banyak, keunggulan lainnya setiap tahun petani bisa menanam padi. Beda dengan kondisi saat ini dalam satu tahun mungkin hanya sekali panen, setelah lima hingga enam kali tanam," tutur Camat Padaherang, Kabupaten Ciamis Dede Saeful Uyun, Selasa (26/3).

Dia mengatakan bagi warga padaherang dan sekitarnya menanam padi dengan cara sawah apung merupakan teknologi baru. Sebab selama ini petani tidak memanfaatkan persawahannya yang terendam banjir. "Padahal kejadian tersebut terus berulang setiap tahun, akan tetapi petani seolah menyerah begitu saja dengan keadaan. Syukur alhamdulillah akhirnya Taruna Tani Mekar Bayu Desa Ciganjeng membat terobosan baru, membuat sawah apung," katanya.

Dede Saeful Uyun menambahkan selain sawah apung, petani masih bisa menambah penghasilan dengan menebar ikan di persawahannya. Hanya saja, ia menambahkan salah satu tantangan yang masih perlu diatasi adalah mengubah pola pikir petani. Dari yang semula menjadi petani konvensional menjadi petani sawah apung dengan mina ikan. "Yang sulit justru mengubah pola pikir masyarakat. Dan saya optimis sedikit demi sedikit akan berhasil," ujarnya.

Pembuatan sawah apung di Desa Ciganjeng, Kecamatan Padaherang itu sendiri diprakarasi oleh Taruna Tani Mekar Bayu yang bekerjasama dengan Ikatan Petani Pengendali hama Terpadu Indonesia (IPPHTI), panen perdana sawah apung dilakukan pada hari Kamis (14/3).

Perlakuan atau pemeliharaan sawah apung tidak jauh berbeda dengan sawah konvensional atau yang ditanam di atas tanah. Sawah apung pertama yang dikelola oleh kelompok tersebut hanya seluas seratus bata.



Yang membedakan dengan sawah konvensioanal atau di atas tanah adalah hanya media tanamnya. Sawah apung di tanam di atas rakit yang diberi sabut kelapa, jerami serta tanah. Rakit berfungsi agar sawah menjadi terapung, sehingga tidak terpengaruh oleh ketinggian banjir. Perbedaan lainnya pada saat panen, tanaman padi yang baru disabit tidak bisa langsung dirontokkan di tempat tersebut, akan tetapi harus dibawa ke darat.

Ketua Taruna Mekar Bayu Desa Ciganjeng, Tahmo Cahyono (38) mengaku pada awalnya sempat mendapat cemooh beberapa warga yang menyangsikan keberadaan sawah apung. Akan tetapi dalam perjalanan waktu, lanjut dia, masyarakat mendukung langkah yang dilakukan kelompoknya.

http://kkcdn-static.kaskus.co.id/images/2013/03/27/709609_20130327081226.jpg
Petaninya lagi panen tuh.
"Tantangan berat pertama adalah banyak yang merasa ragu, akan tetapi akhirnya dengan upaya keras, kami bisa membuktikan tantangan tersebut. Yang semula ragu sekarang justru berniat untuk ikut mencoba," ujarnya.


 
Shiroi Usagi